Candi Tikus (Mojokerto, Jawa Timur)
Pengantar
Mojokerto
adalah sebuah kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur. Di sana,
tepatnya di Dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan ada sebuah candi
yang disebut sebagai “Candi Tikus”. Dari pusat kota Mojokerto jaraknya
kurang lebih 8 kilometer (ke arah barat daya). Konon, nama Candi Tikus
diberikan lantaran ketika dilakukan pembongkaran pada tahun 1914, oleh
Bupati Mojokerto R.A.A Kromodjojo Adinegoro, di sekitar candi itu pernah
menjadi sarang tikus. Tikus tersebut menyerang desa di sekitarnya.
Ketika dilakukan pengejaran kawanan tikus itu selalu masuk ke gundukan
tanah. Dan, ketika gundukan tanah itu dibongkar ditemukan sebuah
bangunan yang terbuat dari bata merah. Candi yang diperkirakan dibangun
pada abad ke-13 atau abad ke-14 (zaman Majapahit) ini merupakan salah
satu situs arkeologi di Trowulan. Candi ini baru dipugar pada tahun
1985--1989.
Candi
ini merupakan replika Gunung Meru, sedangkan gunung tersebut selalu
dihubungkan dengan air amerta (air kehidupan) untuk semua makhluk.
Secara mitologi Gunung Meru merupakan ceritera pemutaran lautan susu.
Jika konsep yang melatar belakangi perwujudan bangunan dikaitkan dengan
ciri bentuknya, maka tujuan pembangunan candi tersebut ialah untuk
melambangkan adanya air yang keluar dari gunung.
Arsitektur
Arsitektur
bangunannya melambangkan kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat
bersemayamnya para dewa. Menurut kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru
merupakan tempat sumber Tirta Amerta (air kehidupan) yang dipercaya
mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan. Dan, air
yang mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru.
Gunung
meru merupakan gunung suci yang dianggap sebagai pusat alam semesta
yang mempunyai suatu landasan kosmogoni, yaitu kepercayaan akan harus
adanya suatu keserasian antara mikrokosmos dan makrokosmos. Menurut
konsepsi Hindu, alam semesta terdiri atas suatu benua pusat yang bernama
Jambudwipa yang dikelilingi oleh tujuh lautan dan tujuh daratan yang
dibatasi oleh suatu pegunungan tinggi. Jadi, sangat mungkin Candi Tikus
merupakan sebuah petirtaan yang disucikan oleh pemeluk Hindu dan Budha,
dan juga sebagai pengatur debit air di zaman Majapahit.
Secara
umum Candi Tikus berdenah segi empat dengan ukuran 22,50 x 22,50 meter
dan tinggi (dari lantai sampai menara candi induk) 5,20 meter.
Sedangkan, arahnya menghadap ke utara dengan azimuth 20 derajat. Adapun
tangga masuknya berada di sebelah utara. Bahan bangunannya berupa bata
dengan ukuran 8x21x36 cm, sedangkan untuk jaladwara (pancuran air)
dibuat dari batu andesit. Jaladwara yang terdapat di Candi Tikus ini
berjumlah 46 buah dengan bentuk makara dan padma. Selain itu, juga
terdapat saluran-saluran air, baik untuk air masuk maupun untuk
pembuangan air. Ditinjau dari sudut arsitekturnya, candi terbagi menjadi
enam bagian, yaitu bangunan induk, kolam, teras (tiga tingkat), tangga
utama, lantai dasar dan pagar.
a. Bangunan Induk
Bentuk
bangunan ini makin ke atas makin kecil dan dikelilingi oleh delapan
candi yang lebih kecil bagaikan puncak gunung yang dikelilingi delapan
puncak yang lebih kecil. Bangunan ini luasnya 7,65x8,75 meter dan tinggi
5,20 meter. Secara horizontal bangunan induk dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu: kaki, tubuh dan atap.
Kaki
bangunan berbentuk segi empat dengan profil berpelipit. Pada lantai
atas kaki bangunan terdapat saluran air dengan ukuran 17 cm dan tinggi
54 cm serta mengelilingi tubuh. Sedangkan, pada sisi luar terdapat
jaladwara. Selain itu, terdapat pula menara-menara yang disebut menara
kaki bangunan karena adanya bagian kaki bangunan. Ukurannya 80x80 cm.
Pada lantai atas kaki bangunan ini berdiri tubuh bangunan dengan denah
segi empat, sedangkan di bawah susunan batanya terdapat pula kaki tubuh
tempat iap berdiri menara yang disebut menara tubuh. Selain itu, di
setiap bagian dinding tubuh terdapat bangunan menara yang lebih besar
dan berukuran 100x140 cm, tinggi 2,78 meter. Susunan menaranya telah
menarik perhatian seorang Belanda yang bernama A.J. Bernet Kempers yang
mengaitkannya dengan konsepsi religi. Dalam bukunya yang berjudul
Ancient Indonesia Art, ia yang telah banyak berjasa dalam menyingkap
masa pengaruh agama Hindu-Budha di Indonesia lewat kajian candi-candi
yang mengatakan bahwa candi Tikus merupakan replika dari gunung Meru.
b. Kolam
Di
sebelah timur laut dan barat laut bangunan induk terletak dua bangunan
yang berbentuk kolam dan disebut “kolam barat” dan “kolam timur”. Kolam
yang berada di kanan dan kiri tangga masuk ini masing-masing berukuran
panjang 3,50 meter, lebar 2 meter, tinggi, 1,50 meter dan tebal dinding
0,80 meter. Pada sisi utara dinding kolam bagian dalam terdapat tiga
jaladwara dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai kolam. Bagian
luar kolam (sisi selatan) terdapat tangga masuk ke bilik kolam yang
lebar 1,20 meter. Di bagian dalamnya terdapat semacam pelipit setebal
3,50 cm. Kemudian, di atas dan bawah tangga masuk sisi timur ada dua
saluran air.
c. Dinding Teras
Bangunan
dinding ini terdiri atas tiga teras yang mengelilingi bangunan induk
dan kolam. Fungsi teras sebagai penahan desakan air dari sekitarnya,
karena bangunan ada di bawah permukaan tanah. Selain itu, juga sebagai
penahan longsor. Dinding teras pertama berukuran 13,50 x 15,50 meter,
sedangkan lebar lantai teras 1,89 meter. Pada kaki terasnya yang
berpelipit ada pancuran air yang berbentuk padma dan makara. Sedangkan,
di bawah lantai teras terdapat saluran air berukuran 0,20 meter dan
tinggi 0,46 meter. Saluran ini berhubungan dengan saluran yang ada pada
bangunan induk dan diperkirakan saluran tersebut dipergunakan untuk
mengalirkan air yang berasal dari bangunan induk tersebut (keluar
melalui pancuran yang terdapat di bagian dalam dinding kolam sisi
utara).
Dinding
teras tingkat dua berukuran 17,75x19,50 meter. Lebar lantai 1,50 meter
dan tingginya 1,42 meter serta tebal dinding teras tersebut sebanyak 17
lapis bata. Sementara, dinding teras tingkat tiga mempunyai ukuran
21,25x 22,75 meter dengan lebar lantai 1,30 meter, tinggi dinding 1,24
meter, dan tebal dinding 10 lapis bata.
d. Tangga Utama
Tangga
utama ini merupakan tangga menuju ke bangunan induk dan bilik kolam.
Panjang tangga 9,50 meter, lebar 3,50 meter dan tinggi 3,50 meter.
Sebagai catatan, pada sisi timur dan barat tangga teras satu dan teras
dua terdapat pipi tangga yang menutupi jalan masuk ke teras satu dan
dua.
e. Lantai Dasar
Lantai
dasar terdiri dari susunan bata yang mempunyai permukaan atau bidang
datar di bagian atasnya. Lantai tersebut tersusun dari dua lapis bata
yang luasnya kurang lebih 100 meter persegi. Lantai ini berfungsi
sebagai tempat berdirinya bangunan induk, kolam, dinding teras, dan
tangga utama.
f. Pagar tembok luar
Pagar
tembpk berada di sisi utara, berjarak kurang lebih 0,80 meter dari
dinding teras tiga, dan menjadi satu dengan pintu gerbang yang terdapat
di tangga masuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar